Friday, May 13, 2016

Waktu dan Uang

(Gambar: slow magic, Final Fantasy)

Ketika kita sudah tua, mungkin kita akan punya banyak uang, tapi tidak punya cukup waktu untuk menikmatinya karena ada istri, anak, dan pekerjaan yang sudah menumpuk ketika kita pulang dari liburan kita. Dan ketika muda, kita punya banyak waktu tetapi tidak mempunyai cukup uang untuk menikmatinya karena beberapa dari kita ada yang masih bersekolah S2, ada yang baru mulai merintis karir maupun memulai berbisnis.
Sebuah cerita klasik bukan?
Namun itu terjadi jika kita menanamkan pemikiran bahwa uang berbanding lurus dengan waktu yang kita habiskan untuk bekerja. Saya sudah bertanya ke beberapa kenalan saya dan memang jawaban yang paling umum saya dengar adalah “Jika kita ingin memiliki uang banyak, maka ya kita harus bekerja keras.”, “Uang ga tumbuh di pohon bro, kalau mau dapet uang ya kerja dulu sana”, “Belajarlah yang baik, dan bekerja keraslah biar kamu sukses dan kaya ya nak.”
Ya, secara teori kata-kata mereka benar. Saya juga tidak pernah mengatakan bahwa mendapatkan uang itu gampang ataupun tidak butuh kerja keras, dan jika ada orang yang berkata seperti itu kepada kalian waspadalah, karena kemungkinan dia penipu yang ingin membawa kabur uang kalian dengan berbagai investasi yang ditawarkannya(pengalaman).
Jika ada yang bilang kalau mau hidup santai dan bebas jadilah pebisnis, mereka tidak salah. Namun terkadang mereka lupa menyampaikan bagian dimana para pebisnis-pebisnis tersebut pada awalnya bekerja jauh lebih keras dibandingkan orang-orang pada umumnya, yang pada akhirnya membuat mereka bisa menikmati hidup di saat orang lain masih harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Jadi yang mau saya sampaikan disini adalah?
Yaitu sampai kapan kita harus bekerja keras tersebut, terutama dalam mencari uang.
Jadi gini, pada umumnya orang ketika saya tawarkan untuk terjun ke dunia investasi, maka mereka akan selalu menolak dengan mengatakan “ah, saya kan masih muda, belum punya uang, belum punya pengalaman, ntar aja deh belajarnya kalau udah berduit! Hehehe”. Atau kalau yang tua saya tawarkan untuk berinvestasi alasan mereka adalah “ya kamu kan masih muda, bisalah belajar yang namanya investasi-investasi gitu, ya kalau aku kan dah sibuk ama kerjaan dan lain-lain, gada waktu lah buat belajar investasi-investasi lagi. Ntar aja deh kalau aku dah pensiun baru kupikirin uang pensiunnya mau dibisnisin apa deh.”
Untuk menjawab kedua contoh di atas saya mengambil kata-kata Robert Kiyosaki yang isinya seperti ini
“My poor dad said he could not invest because he had no money. My rich dad said, invest your time when you have no money”
Maksudnya? Ya, saya tidak menyangkal kalau kita kaula muda ini masih memiliki sedikit uang, dan tidak salah jika kita berpikir bahwa untuk apa investasi sekarang, toh returnnya juga ga bisa buat beli apa-apa. Saya akui terkadang saya juga sempat berpikir seperti itu, di saat anak muda lain menghabiskan uang kirimannya untuk menikmati hidup, saya mencoba untuk selalu menyisihkan uang saya untuk diinvestasikan dalam reksa dana dan hal-hal lain.
Returnnya? Memang belum terlihat, tapi dengan menaruh uang saya di reksa dana saham, saya jadi tahu bahwa uang saya memiliki potensi return rata-rata 10-18%/tahun, sehingga bisa dibayangkan jika suatu saat saya memiliki uang 1 Miliar, return dari investasi saya bisa mencapai 100jt/tahun, atau sekitar 8jt/bulan! Ya, dan kalaupun ternyata reksa dana saham ini memang tidak memberikan return seperti yang saya harapkan dalam beberapa tahun ke depan, saya masih memiliki waktu untuk mencari alternatif investasi yang lain, seperti properti, emas, bermain saham sendiri, d.l.l.
Itu jika dilihat dari segi return, namun yang lebih terasa adalah jika dilihat dari segi risknya, atau risikonya. Bayangkan, ketika kalian punya uang 1 Miliar, kalian investasikan uang itu di money game, atau investasi yang berkedok kebun jati namun ternyata itu investasi bodong, ya, pastinya sangat menyakitkan, namun suka tidak suka harus diakui kenapa itu bisa sampai terjadi ya karena ketidakmauan kita untuk mulai belajar berinvestasi ketika masih muda seperti sekarang ini.
Contoh nyata tidak sedikit, banyak kenalan saya yang sudah pensiun atau hendak pensiun terjerat dalam kasus investasi bodong seperti jual beli emas tanpa barang fisik(hanya ada suratnya aja), ikut money game seperti “manusia membantu manusia”(MMM), dan ada juga yang mencoba berbisnis atau bermain saham di usia lanjut dan ternyata gagal dan harus menjual mobil dan aset-aset lainnya, YANG kemudian dari kejadian itu mereka akan bercerita ke orang lain bahwa investasi dan bermain saham itu berbahaya, sehingga harus dijauhi. ;) Sudah mengerti sekarang mengapa di Indonesia hanya sekitar 0,25% orang yang sudah terjun di pasar modal?
Ya, karena itulah saya disini mencoba untuk mengajak kepada kita semua untuk memulai investasi sedini mungkin, terutama buat kalian yang belum berkeluarga. Anggapannya gini deh, kalaupun ternyata uang yang kita investasiin itu berkurang ataupun hilang karena kita terkena penipuan, toh kita tinggal mencarinya kembali kan(easier said than done). Namun jika kalian merasa kalian rugi dengan berkurangnya uang yang sudah capek-capek kalian tabung, saya rasa itu kurang tepat. Karena kalian sudah mendapatkan ilmu yang akan membuat kalian tahu apa perbedaan investasi bodong dan tidak yang mungkin bisa kalian pakai seumur hidup kalian! Dan karena itu pula kalian akan semakin realistis dalam melihat return investasi dan mencari lembaga-lembaga investasi yang formal dan berada di bawah OJK kedepannya(Pengalaman pribadi sih).

Jadi sekian dulu, akhir kata saya ingin menekankan bahwa cobalah untuk memulai berinvestasi setelah kalian membaca artikel ini, yang paling saya rekomendasikan sih memulainya di reksa dana dulu, karena hanya membutuhkan 250rb/bulan saja untuk memulainya, ya hitung-hitung kurangi dikitlah jatah nongkrong dan nonton bioskopnya dulu sekali-sekali buat kebebasan finansial kita di masa depan, hehe.

No comments:

Post a Comment