Saturday, November 19, 2016

Uang = Waktu part 2

Jika kalian ada waktu untuk berpikir sejenak, coba deh pikir gimana sih cara kalian bisa mendapatkan uang yang ada di dompet/rekening kalian selama ini? Jawabannya bervariasi pastinya, terutama karena ketika kita mahasiswa mayoritas dari kita masih mendapatkan uang dari orang tua kita. Namun apa yang terjadi kita tiba saatnya kita harus mencari uang sendiri?
Jika kalian pernah membaca artikel saya yang berjudul “waktu dan uang”, maka bahasan kita kali ini masih berkisar di bidang itu juga. Mengenai apasih hubungan sebenarnya antara uang dan waktu dalam hidup kita. Tanpa basa-basi lagi mari langsung saja kita jawab pertanyaan saya yang di atas tadi.
Kelak ketika kita sudah menyelesaikan sekolah kita, atau lebih tepatnya tiba saat kita untuk bekerja(mencari uang sendiri), maka uang menjadi sumber daya yang terbatas dalam kehidupan kita. Dulu ketika kita ingin beli gadget, beli baju, beli tas, kita tinggal meminta kepada orang tua kita, namun sekarang kita harus berpikir keras bagaimana cara kita mendapatkan uang yang cukup untuk membeli barang tersebut.
Pemikiran-pemikiran bagaimana cara kita untuk bisa mendapatkan uang itulah yang menjadi motivasi utama kita bekerja(jika ada yang bekerja bukan karena hal ini maka anda sangat luar biasa~). Yang dari pemikiran tadi dan dengan perhitungan sederhana, kita akan menemukan bahwa gaji yang kita dapatkan saat ini tidak cukup! Sehingga beberapa dari kita memilih untuk merintis karir setinggi-tingginya sehingga kelak gaji yang didapatkan akan semakin meningkat.
Semua itu boleh-boleh saja, SAMPAI tiba waktunya kalian membeli sesuatu yang seharusnya tidak menjadi kebutuhan primer kalian lagi. Yang bisa saya contohkan adalah seperti ini: Dulu pak Tejo memiliki mobil Avanza satu ketika gajinya 5jt/bulan, dan ketika gajinya 20jt/bulan? Dia menukar Avanza tersebut menjadi Fortuner!. Contoh berikutnya ada pak Sukirman yang rumahnya dulu hanya ukuran minimalis(9x12 m2) ketika gajinya 5jt/bulan, sekarang sejak gajinya 15jt/bulan, dia membeli rumah yang lebih besar!(10x36 m2). Contoh terakhir ada pak Butet yang ketika gajinya 5jt/bulan, dia sudah senang dengan makan dan nongkrong di warteg dekat kantornya, namun sekarang? Sejak gajinya 10jt/bulan dia menjadi rutin makan di KFC, MCD, dan bahkan nongkrong di Sevel!
(biasanya kehidupan orang kota gini nih)
Terdengar biasa? Atau bahkan kalian sudah melihat langsung orang-orang yang melakukan hal seperti itu dalam hidup mereka? Biasanya orang-orang metropolitanlah yang cenderung untuk hidup seperti ini(bisa jadi karena tuntutan rekan-rekan kerja,d.l.l). Kelak gaya hidup merekalah yang menjadi alasan bagi para suami/istri atau bahkan orang tua di kota untuk tidak punya waktu yang cukup buat keluarga mereka karena harus mencari uang yang sebenarnya tidak lagi benar-benar mereka butuhkan.
(Contoh ekstrim orang tua yang terlalu sibuk mencari uang dan efeknya)
Dan jika memang pola pikir orang pada umumnya seperti itu, maka saya sangat tidak heran dengan pernyataan “Mana mungkin bisa pensiun muda kalau kita bukan anak orang kaya dari sananya!”, atau “Pensiun muda? Gila kamu ya, biaya hidup sekarang semakin hari semakin mahal bro!”,d.l.l
Solusinya apa? Dikutip dari buku Your Money or Your Life, maka langkah nyata yang bisa kita lakukan adalah menghitung berapa pendapatan kita per jam yang sebenarnya. Berlaku untuk yang mendapatkan kiriman dan juga sudah mempunyai gaji sendiri. Bagaimana caranya?
Seperti biasa kita akan mulai dengan contoh.  Asumsi gaji saya 5jt/bulan, yang berarti 200rb/hari(asumsi 25 hari kerja) atau 22rb/jam(asumsi 1 hari 9 jam kerja). Walaupun di buku itu dikatakan bahwa 22rb/jam itu bukanlah pendapatan kita per jam yang sebenarnya, karena itu belum dikurangi ongkos pulang pergi kita, waktu dan tenaga yang kita habiskan untuk pergi bekerja, dan bahkan waktu libur kita yang terganggu oleh deadline pekerjaan kita. Tapi untuk sekarang kita abaikan saja itu dulu, dan kembali ke 22rb/jam.
Sudah ketemu pendapatan per jam untuk diri kalian masing-masing? Tinggal ubah 5jtnya jadi berapa yang kalian dapat per bulannya kok. Ayo hitung, jangan mager-mager demi masa depan yang lebih baik. ^^
Setelah ketemu baru harus ngapain? Nah, ini nih bagian yang serunya. Dengan perhitungan itu, sekarang setiap kalian hendak membeli sesuatu, kalian bisa tahu berapa jam dalam hidup kalian yang sedang kalian tukarkan saat itu! Contoh? Pak Sutejo ingin membeli coklat Toblerone seharga 45rb, maka dengan memikirkan dia harus menambah 2 jam waktu kerja dalam hidupnya hanya untuk sebatang coklat dia jadi mempertimbangkan kembali apakah dia benar-benar perlu membeli coklat itu atau tidak.
Ya, saya tau beberapa dari kalian pasti ada yang menganggap hal ini lebai, tapi apa salahnya untuk dicoba? Toh tidak ada orang lain juga yang tau kan. Dan dengan pemikiran ini pula, saya jamin sebagian besar dari yang benar-benar mencobanya akan membelanjakan uangnya dengan penuh perhitungan, yang secara tidak langsung akan membuat kita jadi hemat dengan sendirinya(inget, hemat ya, bukan pelit!)
Kembali lagi ke orang-orang kota tadi sebentar, pak Tejo, pak Sukirman, dan pak Butet. Ketika mereka sudah membaca dan menerapkan apa yang ada di artikel ini, mereka menjadi hidup seperti pendapatan mereka 5jt/bulan kembali. Dengan pertimbangan apakah waktu yang akan mereka tukar dengan barang-barang tersier itu benar-benar diperlukan dibandingkan waktu untuk bersama anak dan keluarga(Cerita ini hanya cerita fiksi, setidaknya untuk sekarang.)
Itu saja untuk kali ini, semoga yang membaca artikel ini benar-benar mempraktikkannya.  Dan jika sudah ada yang mencobanya dan merasakan efek langsung dari melakukan hal ini bisa segera komentar ya~~~

Terima kasih, sekian dan selamat mengetahui pendapatan per jam mu!!!

Wednesday, November 9, 2016

Trading Saham segampang Ngejemur Baju?

Halohalo, sepertinya belakangan ini saya lihat antusias anak muda untuk terjun ke dunia saham semakin meningkat, tapi masih pada bingung mulainya darimana? Tidak usah bingung, karena trading saham itu bisa dibilang segampang menjemur baju lo. Kok bisa gitu? Mari langsung saja kita kupas tuntas penyebabnya~~~
Jadi gini nih, saya asumsikan kita semua sudah pernah menjemur pakaian kita bukan? Kalau sudah, maka segampang itu jugalah sebenarnya teknik untuk sukses di trading saham.
Ketika kita selesai mencuci dan hendak menjemur, apa yang menjadi concern kita pada saat itu? Saya beri pilihan:
A. Baju yang akan dijemur
B. Cewek cantik yang lagi ngejemur juga
C. Cuaca saat itu
Jika kalian menjawab C, maka kalian benar! Analogi di saham sendiri bahwa cuaca itu adalah IHSG-nya kita kalau di Indonesia. Jadi yang pertama kali kita lakukan sebelum trading adalah melihat keadaan pasar secara overall, yang sedikit banyaknya akan berpengaruh kepada saham yang kita pilih. Kita akan lebih suka menjemur di cuaca yang cerah bukan? Sama saja, kita juga akan lebih prefer trading pada saat IHSG sedang hijau(naik). Bukan ketika cuaca mendung/IHSG kuning(stagnan) apalagi hujan/IHSG merah(turun).
Lanjut ke analogi kedua.
Asumsi kalian sudah menjemur pakaian kalian di jemuran tadi, apa yang akan kalian selanjutnya?:
A. Mantengin/Mengawasi jemuran kalian sampai kering
B. Godain mbak-mbak yang lagi lewat
C. Kita tinggal saja karena kita sudah yakin jemuran tersebut akan kering pada waktunya, bahkan tanpa kita pantengin sekalipun

(eh, ini.. hanya, buat ilustrasi aja kok)

Yap, jika kita orang normal maka yang kita pilih pastilah B, eh C maksudnya. Sama saja, ketika kalian sudah membeli suatu saham(yang diasumsikan sudah melakukan Technical Analysis dan Fundamental Analysis dan juga analisis yang lain sebelumnya), langkah terbaik selanjutnya adalah tinggalkan dan percaya bahwa saham yang kalian pegang itu akan naik pada waktunya!
Namun bukan berarti ketika ternyata saham yang kalian pilih ada gejala turun kalian diam saja, itu gunanya ada titik cut-loss di setiap trading saham yang kita lakukan. Kalau di jemuran ceritanya gini, masak ketika cuaca udah mendung atau gerimis kita tetap optimis bahwa jemuran kita akan kering dan tidak kita ambil, kan terlalu berisiko.
Oke, analogi terakhir saya sampaikan seperti ini.
Ketika sudah selesai menjemur dan tiba saatnya mengambil jemuran, apa perlu kita bandingin jemuran kita dengan jemuran orang lain? Seharusnya sih tidak. Namun ketika kita memasuki dunia trading saham, akan begitu banyak orang-orang yang membangakan “jemurannya”! Yang tidak lain dan tidak bukan akan mempengaruhi psikologi kita kedepannya. Muncullah nanti sifat-sifat greed(mengapa aku tidak seuntung dia), fear(saham yang kupegang sepertinya tidak seuntung yang dia pegang), fear of missing out(aku ingin ikutan di gerbong saham yang orang bilang sangat menguntungkan itu!),d.l.l
Percayalah, mereka itu membanggakan saham-saham itu pasti memiliki maksud tertentu, dan yang paling sering untuk menguntungkan mereka sendiri, bukan kita! Ya, sekali lagi, bukan kita! Jadi berhentilah terlalu mendengar setiap apa yang dikatakan orang terutama ketika kita memasuki dunia trading saham nanti.
Oleh karena itu, dengan logika jemuran maka kita tahu bahwa yang perlu kita perhatikan hanyalah jemuran kita, kalaupun ingin memperhatikan jemuran orang lain tidak apa, namun hilangkan emosi terlebih dahulu, lihatlah dari sisi rasionalitasnya.
Akhir kata, jika ternyata sudah menjemur di cuaca yang cerah namun ternyata pakaian kita masih belum kering juga, atau sama dengan ketika kita sudah trading saham dengan teknik yang benar, namun masih belum untung juga, maka ingatlah satu hal. 
"Akan tiba masanya hari yang cerah seperti ini akan datang kembali, mungkin bisa besok, lusa ataupun beberapa hari kedepan, namun aku akan tetap setia menunggu demi menjemur kembali pakaianku yang belum kering tadi."




Oke, itu saja dari saya kali ini, sukses selalu dan selamat menjemur!!!